
PUISI KAMI TENTANG KEMERDEKAAN
Inilah kami mencurahkan rasa lewat kata dalam untaian bait puisi, turut merayakan dirgahayu kemerdekaan Indonesia tercinta tahun 2022 ini. Semoga menjadi penyemangat menuju Indonesia Emas di masa mendatang. Podcast puisi sebagai pembuka ini adalah tulisan siswa X-09 bernama Farra Putri dan untuk suara dibacakan oleh Ratu Berlianty, siswa kelas X-04. Untuk Indonesia Merdeka.
UNTUK INDONESIA MERDEKA
Puisi Karya : Farra Putri Kelas X 09 (Ekskul Bahasa & Jurnalistik)
Dulu Indonesiaku menangis
Dirundung pilu dan gelisah
Betapa banyaknya pertumpahan darah
Tangisan dan pengorbanan yang tak terhingga
Penjajah begitu keji
Merenggut dan merampas
Menindas tanpa simpati
Tumpah darah menjadi bukti
Debar menjadi kabar
Takut dan pilu menjadi banal
Dan kini Indonesiaku telah merdeka
Namun perjuangan kita belum usai
Wahai generasi emas penerus bangsa
Kobarkan semangat serta bulatkan tekadmu untuk Indonesia
I N D O N E S I A , 9 huruf ajaib yang menjadi inspirasi puisi karya Ibu Yayah Nur Rohayati, S.Pd., M.Pd ini. Sembilan huruf yang seharusnya menjadi pemersatu di tengah kombinasi ribuan warna , suku dan kepercayaan yang kita punya. Cintai nama istimewa sembilan huruf itu dengan terus bersatu, jangan terbang terlalu jauh dari Garuda, ikat erat hati kita dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dan suatu saat kita dapat betapa indah negara kita ini, bagai naungan hijau, rumah untuk berbagi tangis dan tawa di bawah sinar matahari yang cerah gemilang.
UNITY IN NINE
To my beloved nine
Various colours we combine
Different tribes but we are fine
Keep faith not to cross the line
Why don’t we stop to betray
Even we choose another way
Look! we still have the same day
I love you, is what I want to say
You are green leafy shelter
Home for sharing grief and laughter
Full of species and natural glitter
Place where the sun shinning brighter
Nine letters for Indonesia
Stating unity in Bhineka
Never ever fly from Garuda
Strongly tied to Pancasila
Pagi tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari yang istimewa, sebagaimana yang dituangkan dalam puisi karya Nasya Digta Kuncoro , siswa kelas X08. Pengucapan proklamasi sebagai tonggak kemerdekaan Republik Indonesia merupakan sebuah momen yang perlu kita syukuri dan ingat selalu. Sebuah Pagi Tanpa Terlupa.
PAGI TANPA TERLUPA
Suasana tegang penuh harap
Di depan merah putih, kita menghadap
Tepat pada pukul sembilan pagi ini
Sekata demi sekata terucap oleh sang pemimpin
Perasaan yang tidak dapat ditafsir
Mengiringi pembacaan Proklamasi
Semilir anginpun mengetahuinya
Rasa bangga menyelimuti suasana
Dan akhirnya kita merdeka
Segeralah hilang birunya duka
KITA ADALAH INDONESIA! Suarakan lantang di tengah perayaan kemerdakaan ini. Inilah yang ingin diungkapkan oleh ananda dari X-06 , Banu Wardhani Kusuma Astuti. Semangat yang membanggakan dari generasi muda ini membuat kita begitu yakin kemerdakaan Indonesia akan terjaga selama-lamanya.
TERIAKKAN KITA ADALAH INDONESIA
Hari ini, 17 Agustus.
Indonesia memperingati hari lahirnya.
Gema merdeka dikumandangkan.
Dari segala penjuru negeri ini
77 tahun silam…
Indonesia dijajah oleh kaum penjajah.
Tak terhitung jiwa gugur di medan pertempuran.
Darah segarmu masuk ke dalam sela-sela tanah air
Tak akan sia-sia kau tumpahkan darahmu untuk Indonesia.
Karena aku akan menjaga Indonesia selama-lamanya.
Berkatmu Indonesia bisa merdeka.
Mengepak sayap melesat hingga langit
Kita adalah Indonesia.
Dengan suara menggelegar kita berteriak.
Menyalakan suara yang lantang.
Merdeka, merdeka, merdeka!
Sebagai penutup, simak puisi indah karya siswa X-10 berikut ini. Semua siswa penulis puisi adalah peserta ekstrakurikuler Bahasa dan Jurnalistik SMAN 2 Wonogiri,dengan pembimbing Ibu Yanik, S.Pd.
Merdeka Bangsaku. Terimakasih Pahlawanku. Jaya Negeriku.
‘JEJAK KAKI MIMPI‘ Buku Antologi Puisi Karya Guru dan Karyawan SMA Negeri 2 Wonogiri
Sebagai sebuah upaya mendukung Gerakan Literasi Sekolah, guru dan karyawan SMAN 2 Wonogiri menulis puisi dan menerbitkannya dalam sebuah buku antologi. Dengan kegiatan ini, tim literasi sekolah berharap guru dan karyawan dapat memberi contoh dan menyemangati seluruh siswa SMAN 2 Wonogiri untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka.
Bagaikan sebuah masterpiece, 75 puisi dalam buku bersampul merah putih ini, merupakan karya istimewa para guru dan karyawan SMAN 2 Wonogiri. Dikatakan istimewa karena kebanyakan dari para penulis ini bukanlah pujangga puisi, bahkan beberapa menganggap, ini merupakan pengalaman pertamanya. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan karyawan sangat mendukung komitmen sekolah dalam menguatkan Gerakan Literasi Sekolah yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Buku setebal 98 halaman ini dibagi dalam 5 bab. Pada bab 1, yang diberi judul Jejak Sang Juara, berisi sepuluh puisi terbaik karya guru dan karyawan. Bagian 2, Senandika Smandagiri berisi beberapa puisi yang mengutarakan suara hati guru dan karyawan mengenai kegelisahan dan opini merespons keadaan sekitar mereka. Misalnya puisi karya Bapak Sumanto, S.Pd., M.Pd yang berjudul Jika Pergimu Luka, mengangkat suara hati beliau saat tiba-tiba Ujian Nasional ditiadakan padahal semua siswa sudah mempersiapkannya. Ada juga beberapa puisi lain yang mengisahkan suara hati jika kelak Pensiun, suasana Sahur Terindah atau menggambarkan keagungan Pesona Negeriku.
Bagian 3 diberi judul Asmaraloka Sajak Rindu berisi beberapa puisi yang menyatakan sajak kerinduan akan berbagai hal. Ada yang Rindu Sekolah, Rindu Kampung Halaman, Rindu Pada Sahabat, ada pula yang menyatakan kerinduan pada Ayah atau Bunda nun jauh di kampung halaman.
Buku Jejak Kaki Mimpi ini dicetak ber-ISBN bekerjasama dengan Penerbit Kun Fayakun yang merupakan penerbit resmi anggota Ikapi. Buku ini dipajang di etalase depan perpustakaan SMAN 2 Wonogiri bersama dengan karya siswa lainnya. Tim literasi sekolah sangat bersyukur bahwa buku ini selesai disusun dengan baik berkat dukungan semua pihak. Sekolah kami percaya bahwa Literasi yang kuat akan membuat negara ini menjadi lebih gemilang. Salam Literasi.
Dersik, Deru Derana merupakan judul Bab ke-4. Dersik dari kata gemerisik, Deru dari kata menderu dan derana artinya suatu rasa tahan dan tabah dalam menghadapi sesuatu yang berat, dalam hal ini pandemi Covid 19. Beberapa guru dan karyawan menulis puisi menyatakan gemerisik kegelisahan hati yang harus tabah saat sekolah harus berubah selama dua tiga tahun ini akibat pandemi yang tak kunjung usai. Sedangkan bagian terakhir, berjudul Bias Asa Arunika, menggambarkan cercah harapan sebagaimana bias arunika. Dalam artian harfiah, arunika adalah cahaya matahari pagi setelah terbit yang memberi semangat baru. Demikian juga puisi – puisi pada bagian ini, berisi semangat untuk bangkit maju melawan pandemi dengan harapan baru untuk lebih maju.


Selamat Datang di Pojok Literasi Digital SMA Negeri 2 Wonogiri.
Pojok Literasi Digital merupakan salah satu wadah berupa laman digital untuk mengembangkan kecakapan literasi seluruh warga SMAN 2 Wonogiri. Platform ini dikembangkan dalam upaya meningkatkan literasi di masa pandemi Covid-19 yang belum memungkinkan untuk pertemuan tatap muka. Pojok Literasi Digital dapat dengan mudah diakses dimana saja dan kapan saja.
Di Pojok Literasi ini akan dimuat berbagai kabar mengenai kegiatan – kegiatan literasi yang dilaksanakan di SMA N 2 Wonogiri. Selain itu, secara berkala, akan ditampilkan pula beberapa karya siswa, guru dan karyawan. Karya – karya yang akan dimuat adalah karya pilihan dari tim literasi sekolah bisa berupa puisi, cerita pendek, geguritan, review buku/film, essay, draft penelitian, video pendek, tari dan bentuk seni budaya lain.
Diharapkan dengan adanya Pojok Literasi Digital ini siswa, guru dan karyawan SMAN 2 Wonogiri akan semakin termotivasi berkarya, meningkatkan kecakapan literasi. Diharapkan pula orang tua siswa dan masyarakat umum dapat pula mengamati dan menikmati perkembangan literasi putra putri mereka saat bersekolah di SMAN 2 Wonogiri dalam bentuk platform digital website.
Sebagai landasan, semua kegiatan literasi di SMA Negeri 2 Wonogiri ini dilaksanakan berdasar Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2021. Penguatan literasi adalah salah satu kunci untuk menuju Generasi Emas bangsa Indonesia di masa mendatang dan SMAN 2 Wonogiri berkomitmen keras untuk selalu berusaha mewujudkannya.
Mari kita jelajahi karya – karya siswa, guru dan karyawan SMAN 2 Wonogiri di Pojok Literasi Digital ini. Menajamkan kognisi, Melambungkan imaginasi. Menuju Generasi Hebat Berkarakter Kuat.
Salam Literasi.
Sebungkus CiLok Untuk Kakakku
Oleh : Mayllika Ardiva Pramesti
Juara 1 Lomba Menulis Pentigraf
Festival Literasi Daring SMAN 2 Wonogiri
Hi, Sahabat Pojok Literasi, hari ini ayo kita baca sebuah cerita karya siswa SMAN 2 Wonogiri yang dijamin asik. Nama penulisnya adalah Maylika Ardiva, sudah sejak kecil suka menulis. Maylika pernah juga berprestasi di ajang menulis puisi FLS (Festival LiterasiSekolah) Sukoharjo pada tahun 2019.
Cerita Sebungkus Cilok Untuk Kakakku ini menjadi juara 1 di kegiatan festival literasi yang diadakan di SMAN 2 Wonogiri tahun 2021 lalu. Judul cerita Maylika ini kemudian dijadikan judu lbuku yang sekarang telahterbit. Buku Sebungkus Cilok Untuk Kakakku merupakan antologi atau kumpulan karya cerita yang ditulis oleh beberapa siswa dan guru SMAN 2 Wonogiri. Yuk kita simak salah satu ceritanya.

Usai membantu Ibu mencuci piring seperti biasa, aku kembali berjibaku dengan tugas – tugas dari sekolah yang cukup menguras pikiran ini. Tambah lagi ada Gandhi, adikku, yang menungguku untuk minta diajari tugasnya. Aku kesulitan membagi waktu untuk ini. Sudah berulang kali aku minta saran. Ibu berkata untuk mencoba menjalaninya, sekalian belajar tentang time management sarannya. Kali ini tugasku sudah selesai tapi aku harus segera mengangkat jemuran karena di luar mendung. Ibu sedang tidur, tidak enak kalau harus membangunkannya hanya karena perkara jemuran. Aku melihat Ibu berbaring di ranjangnya. Aku capek, tapi seseorang pernah berkata bahwa kalau kamu capek, orang tuamu lebih capek. Meski jemuran yang ada di tanganku ini berat, pasti lebih berat usaha Ayah dan Ibu untuk membahagiakan aku dan Gandhi di situasi pandemi seperti ini. Sementara Gandhi sedari tadi mengomeliku karena aku tidak segera mengajarinya.Berulang dia protes pengen main keluar. Kau tidak tau saja Gan, seberapa pusingnya kepalaku ini memikirkan pekerjaan rumah, tugas sekolah, dan tentu saja mengajarimu, omelku dalam hati. Tapi aku ingat Ibu pernah berkata,“Gandhi baru tujuh tahun, kak. Dia tidak suka di kejar-kejar sesuatu begitu. Kalau mau, dia pasti mengerjakan, jadi pas dia mau, kamu jangan lupa dampingin.”
Selepas melipat beberapa jemuran yang tadi, aku menghampiri Gandhi yang duduk di kursi tamu dengan banyak buku di depannya. Bisa kulihat dari wajahnya kalau dia tidak suka menunggu. Aku menghela napas pelan. Harus mengumpulkan banyak sekali sabar kalau ingin mengajarinya. Tapi tidak apa, hitung-hitung belajar bersikap sabar kepada adik sendiri karena aku sudah sering memarahinya cuma sebab koleksi lego punyaku yang sering ia ambil diam-diam. Aku membuka bukunya, memberikan pertanyaan tentang tugas apa saja yang harus diselesaikan hari ini lalu mengajarinya seperti biasa. Hingga pada akhirya Ibu terbangun karena mendengar suara teriakan Gandhi yang sungguh kencang sekali. Gandhi ngambek, mogok mengerjakan tugas matematikanya. Kata Ibu aku harus harus sabar, sudah. Jangan kasar, sudah. Didampingi, sudah. Lalu aku harus apa kalau phobia matematikanya ini kambuh? Selepas marah-marah dan berteriak karena enggan mengerjakan tugas matematikanya, ia berjalan dengan kasar menuju kamar, mengambil masker, menemui Ibu untuk meminta uang jajan dan entah pergi kemana. Mungkin Gandhi pergimain, karena sedari tadi ia bilang pengen main. Aku menatap Ibu disampingku, agak keberatan. “Nggak papa, nanti dia pulang. ”Ibu ini bagaimana sih, kan di luar mendung,” kata Ibu. Batinku menggerutu.
Gandhi pulang pukul lima. Syukurnya hujan sudah reda. Aku ingin marah tapi Ibu melarang. Aku sedang membuat teh hangat karena udaranya begitu dingin, Gandhi tersenyum di sampingku. Entah ia ingin teh juga atau bagaimana, aku buatkan saja teh untuknya. Gandhi sudahb erlari menuju kamarnya. Kalau tidak main game, ia pasti baca buku. Heran juga, Gandhi yang hidup di jaman seperti ini kok masih suka juga baca buku. Ya meski aku tahu, bukunya hanya komik, tapi kan yasudahlah. Lalu aku menaruh teh Gandhi di meja dekat tv, ia sudah hafal aku akan menaruh tehnya disana. Aku duduk di meja belajar dan menaruh teh dekat tempat pensil. Ada sesuatu yang menarik perhatianku, aku menemukan satu bungkus cilok yang terselip kertas putih di bawahnya. Aku menarik kertas itu dan menemukan tulisan Gandhi yang berantakan tapi cukup bagus untuk anak seusianya. Tertulis: Kak, maafin Gandhi sudah marah tadi. Gandhi tau Kakak capek. Semangat belajarnya, Kak. Ini cilok buat Kakak. Tadi Gandhi main dan liat tukang cilok keinget Kakak seharian harus mengerjakan ini itu. Makasihnya ke Ibu , jangan ke Gandhi. Soalnya uangnya dari Ibu. Aku membawa cilok itu ke kamar Gandhi dan menemukannya sedang baca buku. Aku merangkulnya dari belakang dan ia tersenyum.

Mayllika Ardiva Pramesti saat ini merupakan siswa kelas X MIPA 7 di SMA Negeri 2 Wonogiri. Lika sudah menulis sejak kelas 8 SMP. Ia suka menulis karena senantiasa ingat kata – kata Pak Pramudya Ananta Toer. “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Itu karena tulisan kita bisa dibaca lama sekali, bahkan jika nanti kita sudah tidak ada di dunia ini. Selain gemar menulis dan membaca, ia juga suka mendengarkan musik.
Pentigraf yang berjudul “Sebungkus Cilok Untuk Kakakku” ini terinspirasi dari cuitan teman twitternya, Adis, yang diberi snack oleh adiknya di suatu hari. Inspirasinya menulis didapat dari hal – hal kecil di sekitarnya dan juga dari penulis – penulis Indonesia kesukaannya seperti Rintik Sedu, Leila S. Chudori dan banyak lagi. Salah satu karya puisinya pernah menjuarai Festival Literasi Sekolah Kabupaten Sukoharjo di tahun 2019. Kamu bisa menghubungi Lika lewat Email (mayllikaap@gmail.com) atau Instagram (@likalikuyy).