By. Admin
Jumat, 15 Oktober 2021
Sejarah Kereta Api Solo – Wonogiri
Oleh: YUNITA DWI ASTUTI
(Guru Sejarah SMAN 2 Wonogiri – Jawa Tengah)
Perjalanan kereta api dari Purwosari menuju keWonogiri dan berlanjut ke Baturetno suatu hal yang sangat menarik untuk kita simak dan pelajari sejarahnya karena jalur kereta ini merupakan salah satu jalur jalur kereta api yang berada di Pulau Jawa yang masih aktif walaupun secara ekonomi sekarang ini kurang bermanfaat jalur ini menghubungkan Stasiun Purwosari menuju Wonogiri. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju ini persaingan tranportasi semakin ketat dan kereta api jurusan Purwosari – Wonogiri kalah bersaing dengan tranportasi darat.
Gambar: Jalur rel kereta api Purwosari-Wonogiri era Penjajahan Belanda
(sumber:https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/fotocollectie/2649b9c2-7fe5-d558-d357-f9be6a9525b7)
Sejak Zaman Penjajahan Belanda
Sejarah perkeretaapian di Wonogiri diawali dengan adanya pontensi alam yang berada di Wonogiri sampai dengan Baturetno dimana sepanjang daerah itu kaya akan batu gamping yang sangat berguna bagi pembangunan pada masa Kolonial Belanda. Bahan batu gamping merupakan bagian bahan penting untuk membangun benteng-benteng pertahanan dan pos-pos keamanan serta bangunan-bangunan lainnya. Utamanya untuk bahan bakar pabrik gula yang berada di daerah Solo Raya.
Untuk kepentingan itulah maka Penjajah Belanda mulai berencana membuat jalur kereta api Purwosari-Batureno untuk mepermudah tranportasi dengan biaya yang murah. Pembangunan rel kereta api ini dimulai pada tanggal 17 juni 1864.Mulai saat itulah kereta api mulai beroperasi untuk dimanfaatkan sebagai alat tranportasi untuk angkut hasil panen dari petani dan tranportasi manusia.
Fakta menarik dari perusahaan kereta Api milik Belanda adalah, perusahaan ini sudah berkeinginan untuk memiliki sebuah lokomotif uap sejak tiga tahun jalur beroperasi, yaitu tahun 1895. Hal ini disebabkan banyaknya kuda penarik lokomotif yang terjangkit penyakit pada tahun 1899. Akhirnya, pada tahun 1906, perusahaan perkereta apian resmi menandatangani kontrak kerja sama operasional dengan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) hingga pada 1 Mei 1908 perusahan kereta Api milik Belanda resmi mengumumkan telah selesai melakukan pergantian dari tenaga kuda menjadi lokomotif uap. Akibat dari pergantian mesin ini, perusahaan ini melakukan pembangunan jalur kereta api yang pada mulanya dari Halte Benteng Vesterburg menuju Stasiun Jebres dengan melewati Pasar Gede dan menyebrangi Sungai Pepe sampai Sukoharjo, Wonogiri dan Baturetno.
Konsesi baru akhirnya diterbitkan untuk perpanjangan jalur Solo–Wonogiri–Kakap, pada tanggal 9 Agustus 1920. Perpanjangannya diresmikan sejak tanggal 1 April 1922 ini semula tidak hanya menghubungkan Wonogiri dengan kota Solo namun juga mencapai Baturetno sejak 1 Oktober 1923. Berdasarkan surat SS No. 3639 tertanggal 8 Maret 1902, diwacanakan akan dibangun jalur kereta dari Stasiun Jetis menuju Stasiun Tugu (Trenggalek) menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Slahung dengan jalur kereta api Tulungagung–Tugu, serta dari Stasiun Badegan menuju Stasiun Baturetno menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Badegan dengan jalur kereta api Purwosari–Baturetno yang ditujukan untuk mendukung jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa dengan rute Yogyakarta–Wonogiri–Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung. yang terwujud hanyalah Tulungagung–Tugu dan Ponorogo–Badegan, namun pada akhirnya rencana itu berhenti total karena Depresi Besar. Kedua jalur ini berakhir riwayatnya karena dibongkar romusa Jepang, dan jalur yang aktif hanyalah Purwosari–Baturetno.
Bangunan Stasiun Jetis pada tahun 2022
Jalur Kereta Api Slahung-Ponorigo
Dinamika Setelah Kemerdekaan
Sejak 1 Mei 1978 lintas Wonogiri–Baturetno ditutup. Soekirlan, Kepala Humas PJKA Eksploitasi Tengah menyatakan bahwasanya jalur kereta api dari Wonogiri menuju Baturetno telah dinonaktifkan sehubungan dengan dimulainya pembangunan Bendung Gajah Mungkur di Wonogiri. Semasa aktifnya, selain mengangkut penumpang juga mengangkut batu gamping untuk memenuhi kebutuhan beberapa pabrik gula seperti Pabrik Gula Tasikmadu, Gondang Baru, Colomadu dan Mojo. Perjalanan kereta api terakhirnya sendiri berangkat dari Stasiun Baturetno pada 30 April 1978 pukul 12.20 WIB dan tiba di Stasiun Wonogiri pada pukul 13.22 WIB. Bisa dilihat betapa pentingnya jalur kereta Api yang menuju ke Baturetno itu sangat berpengaruh dan mampu menopang perekonomian masyarakat di Wonogiri.Seandainya jalur kereta Purwosari ke Baturetno itu di lestarikan dan dibangun diatas Waduk Gajah Mungkur itu merupakan suatu hal yang sangat menarik jadi salah satu ikon pariwisata di daerah Wonogiri hal ini tentu akan menambah pendapatan daerah yang luar biasa dari jalur pariwisata.
Jokowi Membangkitkan Jalur Kereta Api Solo-Wonogiri
Setelah sekian lama jalur kereta api tersebut tidak berfungsi Pada awal tahun 2007 Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Surakarta menggagas kembali untuk mengaktifkan jalur tersebut sebagai sarana pariwisata yang menyenangkan untuk keluarga. Hal ini didasari keyakinan membangun kembali sektor pariwisata melalui sarana transportasi kereta api Wonogiri Baturetno. Hal tersebut sudah tidak memungkinkan lagi kecuali jika pemerintah mau mengalokasikan anggaran yang besar membuat jembatan kereta api melintasi Waduk Gajah Mungkur. Dari berbagai kendala tersebut akhirnya Jokowi hanya mengaktifkan kembali jalur kereta api dari Solo menuju Wonogiri PP . Sebenarnya Pemerintah Kota Solo menggagas pengoperasian kereta berbahan bakar uap hanya sebagai angkutan wisata dalam kota dengan rute Stasiun Purwosari sampai Stasiun Sangkrah dengan nama kereta api Jaladara. Namun bukan hal yang mudah membuka jalur ini, masalah demi masalah muncul karena kereta ini melintasi jalur utama Kota Surakarta tepatnya di jalan Slamet Riyadi.
Pada bulan September 2009 dimulai perbaikan penggantian rel kereta api dimulai dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri hal ini dilakukan untuk memperpanjang jalur yang sebelumnya hanya dalam kota kemudian dilanjutkan sampai Wonogiri. Perbaikan meliputi penggantian rel kereta api yang semula menggunakan jenis R25 menjadi R42 dan bantalan kayu diganti menjadi bantalan beton, perbaikan jembatan di BH2, yakni Jembatan Bengawan Solo dan jembatan di BH60 yang berada di wilayah perbatasan Solo-Wonogiri, tepatnya di sekitar Pasar Nguter, Sukoharjo. Dengan adanya penggantian rel kereta tersebut, kereta api nantinya bisa dijalankan dengan kecepatan 60 km/jam dari sebelumnya hanya 30 km/jam. Penumpang dari Solo menuju Wonogiri, saat ini dilayani menggunakan KA Fedeer, dan masih menggunakan gerbong biasa sekarang sudah menggunakan KA Feeder yang menggunakan railbus . Perbaikan rel tersebut juga untuk kepentingan Pemerintah Kota Surakarta menjalankan Kereta Api Uap Jaladara atau sering disebut Sepur Kluthuk Jaladara mulai dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri.
Sepur Kluthuk Jaladara
Referensi: Wikipedia dan sumber lainnya.